Memasuki usia
PAUD dan TK merupakan jenjang usia emas (golden age) bagi anak. Pada rentang
usia inilah anak akan mulai peka terhadap stimulus atau rangsangan yang
diberikan oleh lingkungan. Pada masa ini, mulai terjadi kematangan pada fungsi
fisik dan psikis anak. Mereka akan siap merespon stimulus yang diberikan oleh
lingkungan sekitar.
Masa golden age
akan menjadi gerbang utama dalam meletakkan fondasi pengembangan kemampuan
kogmitif, afektif, psikomotor, sosial, dan spiritual anak. Itulah mengapa orang
tua dalam melakukan parenting di masa ini haruslah memerhatikan hal-hal
tersebut karena sifatnya sangat krusial dan akan berpengaruh pada tahap perkembangan
selanjutnya.
Ketika memasuki
usia 3-6 tahun, anak akan mulai dikenalkan dengan jenjang Pendidikan formal
seperti PAUD dan TK. Dalam rangka pengenalan belajar ini, orang tua dan guru
tentunya harus memperhatikan dan memilih pendekatan yang ramah dan cocok bagi
anak. Salah satu pendekatan yang terbukti ampuh adalah dengan melakukan
pembelajaran melalui bermain. Pendekatan ini akan memungkinkan anak secara
aktif berinteraksi dengan mulai mengeksplorasi elemen-elemen yang ada di
lingkungannya. Jenis pembelajaran dengan bermain akan membuat anak merasa aman,
nyaman, tertarik, dan akan menjembatani proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
Seperti
ungkapan
Dunia bermain adalah dunia anak
Anak akan
belajar banyak hal jika tidak merasa terbebani. Penerapan model pembelajaran
bermain akan secara tidak sadar mengajak anak untuk mengenal banyak hal,
melatih mengelola emosi, beradaptasi, bersosialisasi dengan lingkaran
pertemanan yang baru, bekerja sama, dan belajar sikap-sikap positif lainnya.
Belajar sambal bermain akan jauh lebih efektif melatih kemampuan anak
dibandingkan dengan proses belajar yang membosankan.
Namun perlu
diingat bahwa anak juga memiliki dunianya sendiri. Dunia bermain.
Belajar Calistung di Usia Dini
Menurut
Undang-Undang Perlindungan Anak, anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang,
bermain, beristirahat, berkreasi, dan belajar dalam suatu pendidikan.
Menurut
Montessori, ketika anak mulai memasuki usia pra sekolah (4-5 tahun), mereka
akan belajar mengenai membaca dan menulis dengan sangat antusias. Karena pada
rentang usia ini, anak sedang berada dalam periode atau masa kepekaan terhadap
Bahasa. Mereka baru saja menguasai kemampuan berbahasa secara tidak sadar dan
ingin mengimprovisasinya dengan belajar semua hal yang berkaitan dengan bahasa.
Di Indonesia
sendiri, perkembangan bahasa anak taman kanak-kanak berdasar pada acuan standar
anak usia dini no. 58 tahun 2009. Dalam acuan tersebut terdapat tiga aspek
penting yakni :
Menerima Bahasa
Aspek ini
mencakup kemampuan dan perkembangan anak dalam berbahasa secara reseptif (menerima stimulus bahasa dari lingkungan)
yang terdiri dari pengembangan dalam menyimak perkataan orang lain, mengerti
satu sampai dua perintah yang diberikan secara bersama-sama, memahami cerita
yang dipaparkan oleh orang lain, mengenal perbendaharaan kata, mengerti kata
perintah, dapat mengulang perkataan atau kalimat cukup kompleks yang diucapkan
oleh orang lain, dan memahami aturan permainan sederhana.
Mengungkapkan Bahasa
Istilah lain
dari kemampuan ini adalah kemampuan berbahasa dengan ekspresif. Kemampuan ini
dapat muncul dalam bentuk kemampuan berbicara dan menulis. Indikator dari
kemampuan ini adalah anak dapat menjawab pertanyaan yang lebih kompleks,
menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama atau hampir mirip,
berkomunikasi lisan secara baik, memiliki kemampuan membendaharakan kata,
mengenal simbol tulisan, menulis, berhitung, dan menyusun kalimat sederhana.
Keaksaraan
Kemampuan ini
merupakan kemampuan baca-tulis dalam taraf permulaan. Kemampuan jenis ini
termasuk dalam kemampuan menyebutkan simbol huruf yang dikenal, mengenal suara
huruf awal dari benda-benda di sekitar, membaca namanya sendiri, dan menulis
nama sendiri.
Dari ketiga
aspek tadi mengerucut secara sederhana menjadi kompetensi membaca, menulis, dan
berhitung atau biasa kita sebut sebagai calistung. Pelajaran dasar calistung
ini merupakan latihan yang bertujuan untuk mengupayakan pembekalan bagi siswa
PAUD atau TK agar dapat memiliki kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung. Sehingga output yang diharapkan adalah anak dapat memiliki kemampuan
awal dalam mengikuti pembelajaran di jenjang kelas berikutnya.
Pembelajaran
aksara pada kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sendiri lebih difokuskan
pada pengenalan keterampilan membaca, menulis, dan behitung. Pada jenjang PAUD,
calistung hanya ditujukan sebagai pengenalan, belum pada kewajiban menguasai.
Tujuan pengenalan calistung pada jenjang PAUD sendiri sesuai dengan Standar Isi
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) untuk anak usia 4-5 tahun yang
memiliki tingkatan pencapaian perkembangan yang sesuai dengan usianya. Berikut
penjelasan mengenai STPPA pada anak rentang usia PAUD.
Berfikir Logis |
Berfikir
Simbolik |
Memahami Bahasa |
Mengklasifikasikan
benda berdasarkan fungsi, bentuk atau warna atau ukuran. |
Membilang banyak
benda dari satu sampai sepuluh |
Menyimak perkataan
orang lain (menggunakan Bahasa ibu atau yang lain) |
Mengenal gejala
sebab akibat yang terkait dengan dirinya |
Mengenal konsep
bilangan |
Mengerti dua
perintah yang diberikan secara bersamaan. |
Mengklasifikasikan
benda ke dalam kelompok yang sama atau sejenis atau yang berpasangan dengan
dua variasi. |
Mengenal lambang
bilangan |
Memahami cerita
yang dibacakan |
Mengenal pola
(semisal AB-AB) dan dapat mengulanginya. |
Mengenal lambang
huruf |
Mengenal
perbendaharaan kata mengenai kata sifat |
Mengurutkan benda
berdasarkan 5 seri ukuran atau warna |
Dapat mendengar
dan membedakan bunyi-bunyian |
Indikator yang ditetapkan oleh
STPPA sesuai dengan isi acuan standar anak usia dini no. 58 tahun 2009
mengenai perkembangan anak usia 4-5 tahun.
Dalam melatih
kemampuan ini, orang tua bisa memberikan stimulus pengajaran pada anak dengan
metode pendekatan bermain. Idealnya dapat dilakukan dalam 3 tahapan
Membaca Gambar
Pada tahap
Latihan ini, anak akan diberi gambar yang tiap satu halaman hanya berisi satu
jenis gambar. Misal hanya terdapat gambar bunga.
Membaca Gambar dan Huruf
Keterampilan
ini dapat dilatih dengan membaca huruf yang menjadi awalan dari suatu objek
gambar. Misal B untuk bunga.
Membaca Gambar dan Kata
Tahap
selanjutnya adalah dengan memperlihatkan gambar dan tulisan sebagai makna dari
gambaran tersebut. Misal gambar bunga dilengkapi dengan deskripsi mengenai
bunga.
Dari tahap
Latihan diatas jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan proses yang
interaktif antara murid dengan guru serta bantuan dan dukungan dari orang tua
dengan mengadaptasi metode belajar sambil bermain. Anak akan belajar dengan
menyenangkan apabila dia dengan suka rela belajar. Berilah alternatif kepada
anak saat belajar (baik ketika di sekolah maupun ketika belajar mandiri di
rumah) dengan cara belajar yang mengasyikkan. Misal ketika anak memiliki tipe
belajar kinestetik, guru dan orang tua dapat mengajak anak untuk mempraktekkan
bentuk huruf, menirukan suara hewan-hewan, bermain tebak kata, dan sebagainya.
Begitu pula ketika anak memiliki tipe belajarnya masing-masing.
Hal lain yang
sama pentingnya untuk diingat adalah untuk selalu menggunakan pendekatan
bermain dalam proses belajarnya. Orang tua maupun guru tidak boleh memaksakan
kehendak anak untuk belajar karena tujuan dari pendidikan usia dini adalah
untuk membangun landasan pengetahuan dan mengembangkan potensi kecerdasan
spiritual, intelektual, emosi, dan sosial anak. Bukan hanya kecerdasan
intelektual saja.
Ciptakan
suasana lingkungan dan belajar yang edukatif sekaligus menyenangkan.
Apabila dalam
proses belajar orang tua mengalami kendala seperti kurangnya kontrol atau
pendampingan, tidak ada salahnya untuk meminta lembaga pendidikan di luar
sekolah seperti bimbingan belajar atau les privat.
Mengambil Les Privat Calistung
Tak ada
salahnya mengambil les tambahan mata pelajaran calistung bagi anak-anak usia
PAUD atau TK asalkan orang tua tidak salah memilih tempat les.
Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan ketika hendak memilih lembaga les atau bimbingan
belajar untuk si kecil.
Pengalaman Bimbel
Jangan asal
pilih bimbel yang masih seumur jagung. Pilihlah bimbel yang sudah jelas
pengalamannya dalam membantu ribuan orang tua dalam proses belajar anak.
Tenaga Pendidik Profesional
Ini adalah
salah satu hal krusial yang akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar anak
selama les. Cari guru les/ tentor/ tutor yang jelas professional dan ahli di
bidangnya.
Perjanjian yang Jelas
Carilah lembaga
les yang transparan tentang prosesi les, pembayaran, benefit, dan fasilitas
yang diberikan. Jangan sampai tertipu oleh bimbel abal-abal!
Tidak perlu
pusing scroll-scroll lagi karena ada Bimbel AIO Privat yang memberikan paket
lengkap yang orang tua butuhkan untuk les anak PAUD dan TK!
Jika masih
ragu, bisa cek ratusan testimoni dan rating dari customer di berbagai akun
sosial media Bimbel AIO!
Yuk, untuk
pendaftaran bisa klik link di bawah ini
Referensi
Asiah, N. (2018). Pembelajaran calistung
Pendidikan anak usia dini dan ujian masuk calistung sekolah dasar di Bandar
Lampung. Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 5(1),
19-42.
Istiyani, D. (2014). Model pembelajaran membaca
menulis menghitung (calistung) pada anak usia dini di kabupaten
pekalongan. Jurnal penelitian, 10(1).
Rumidani, N. M., Marhaeni, M. P. A. N., &
Tika, M. S. I. N. (2014). Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Lingkungan
Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Calistung Siswa Sekolah Dasar (Doctoral
dissertation, Ganesha University of Education).
0 Komentar untuk "Les Calistung Semarang | Tahap Perkembengan Anak Usia Dini"