GUY6TpCoTSYiBUM9GSC6BSW5Gd==

Les Privat Semarang | Mogok Sekolah

 

Les Privat Semarang

Pembelajaran Jarak Jah (PJJ) telah berjalan leih dari satu tahun. Selama itu pula tenaga pendidik atau guru berusaha untuk memaksimalkan program pendidikan yang dilaksanakan dengan berbasis sekolah online.

Di sisi lain, dari pihak orang tua yang juga merangkap tugas baru sebagai wakil guru selama belajar di rumah mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan pola kebiasaan baru ini.

Tidak jarang ketika sudah jenuh dengan serangkaian proses belajar di rumah yang kadang kala kurang efektif dan interaktif, anak menjadi bosan dan mulai berperilaku seakan-akan mogok belajar. Terlebih ketika si kecil sedang menempuh jenjang pendidikan awal sekolah dasar (SD).

Kebiasaan belajar yang sudah lama terbangun di sekolah sangat identik dengan belajar bersama atau belajar kelompok dan juga berinteraksi secara langsung dalam praktik tugas bersama teman-teman. Namun setelah dihadapkan dengan pembelajaran daring yang sudah setahun dijalani, tidak dapat dipungkiri bahwa anak bosan, sekalipun diberi kesempatan belajar kelompok lewat video conference atau dengan platform yang lain.

Jika menemui keadaan seperti ini, orang tua diharapkan untuk memberikan perhatian lebih kepada anak selama masa pembelajaran jarak jauh (PJJ). Orang tua juga dituntut untuk menjadi figure pendidik yang kreatif selama menjadi wakil guru di rumah. Pendampingan belajar pada mulanya dapat dimulai dengan membangun interaksi dan komunikasi yang baik dengan si kecil. Hal ini ditujukan untuk menumbuhkan kembali interaksi fisik yang biasa dilakukan ketika sedang belajar di sekolah.

Namun jika perilaku mogok sekolah atau school refusal sudah mulai terlihat. Yuk coba kenali dulu tanda-tandanya!

MOGOK SEKOLAH (SCHOOL REFUSAL)

School refusal adalah masalah emosional muncul dalam bentuk ketidakinginan anak untuk menghadiri sekolah dengan menunjukkan gejala fisik (seperti psing, tidak enak badan, dan lainnya), yang disebabka

n oleh kecemasan, pengalaman negatif di sekolah atau karena masalah keluarga.

Mogok sekolah atau school refusal merupakan keadaan atau kondisi ketika anak mulai menunjukkan penolakan (yang berlebihan) untuk pergi ke sekolah (menghindari dari berbagai kegiatan sekolah). Misal ketika ia menolak untuk mengikuti kelas pelajaran tertentu.

Penolakan dalam bentuk mogok seperti ini merupakan respon yang muncul sebagai suatu pertahanan diri yang dilakukan oleh anak terhadap suatu masalah yang dialaminya (dalam setting sekolah atau pendidikan).

Kenapa anak bisa mogok sekolah?

Alasan yang ada akan sangat beragam. Jadi, sudah sebaiknya orang tua menanyakan atau mencari tahu penyebabnya secara jelas ketimbang memberikan judgement atau menghukum anak secara berlebihan atas perilaku mogok sekolah yang sedang dilakukan. Karena memang bisa jadi anak memutuskan untuk mogok sekolah karena tertekan, tidak nyaman, bosan, atau karena beberapa alasan lainnya.

Ada beberapa setting faktor yang bisa saja menjadi penyebab munculnya perilaku mogok sekolah atau school refusal.

Faktor Psikologis

Perilaku mogok sekolah bisa saja menjadi salah satu tanda bahwa anak sedang mengalami masalah pada ranah psikologisnya. Tentu ada beragam alasan seperti tertekan, academic burn out, bosan atau jenuh, cemas dengan tugas, dan lain sebagainya. Kemudian mogok sekolah menjadi alternatif yang dirasa benar. Anak akan memilih tetap berada di rumah ketimbang berangkat atau mengikuti kegiatan belajar yang bisa saja menjadi sumber stressornya.

Faktor Belajar

Ketika anak menemui kesulitan dalam belajar, baik itu memahami materi, mengerjakan soal, atau tugas-tugas yang lainnya, hal tersebut akan membuat anak tertekan, takut, dan cemas yang akhirnya dapat mendorong anak untuk melakukan mogok belajar.

Faktor Lingkungan Sosial

Pentingnya peranan lingkungan sosial juga mengambil andil besar dalam proses belajar anak. Kesulitan beradaptasi atau bergaul, bullying, dan hal-hal lainnya akan berdampak pada semangat belajar.

 

Faktor-faktor diatas bisa saja menimbulkan perilaku malas belajar, tidak bersemangat, tertekan, hingga yang paling parah adalah mogok sekolah.

Kalau anak sudah mulai menunjukkan tanda-tanda mogok sekolah, orang tua perlu mengambil langkah yang bagaimana?. Pertama-tama, kenali dulu penyebab mogok sekolah yang sedang dilakukan oleh anak. Ini merupakan tahap penting, karena anak perlu didengarkan. Jangan sampai orang tua justru memberikan judgement kepada anak dan bukan malah mengetahui alasannya secara jujur.

Kemudian, sebisa mungkin hindari untuk memarahi anak. Terlebih ketika orang tua sudah memberi ancaman seperti memukul atau melakukan tindakan kekerasan lainnya. Model punishment seperti ini tidak akan membantu orang tua untuk mengetahui alasan atau faktor penyebab perilaku mogok sekolah.

Yuk coba untuk mulai melakukan pendekatan dengan si kecil.

 

Komunikasikan dengan Anak

Tunjukkan sikap simpati dan empati kepada anak agar merasa dicintai dan diperhatikan. Mulailah untuk mengajak anak berkomunikasi mengenai problem sekolah yang sedang dihadapinya. Dengan pendekatan yang tepat, anak akan terbuka dan berani mengutarakan semua masalahnya karena tidak ketakutan terhadap konsekuensi hukuman yang diberikan orang tua.

Orang tua harus memposisikan diri sebagai teman mendengar dan mengajak anak berdiskusi untuk menyelesaikan masalah mogok sekolah.

Jangan Menghakimi

Jika komunikasi antara anak dan orang tua sudah terjalin baik, mulailah mendengar pengakuannya. Tetap tenang dan jangan menghakimi anak karena mereka sudah jujur mengutarakan masalah belajar yang sedang dihadapi. Jika orang tua tetap bersikap tenang dan dapat meregulasi emosi dengan baik, anak akan merasa diterima dan didengar. Dengan begitu, mereka akan merasa lega dan tenang pula. Jadi, baiknya orang tua menunjukkan sikap yang positif dan tetap mengasihi anak karena sudah jujur dan mau bercerita.

Support Positif

Ketika anak sedang mengalami masalah dan mencoba untuk menghadapinya, sudah semestinya orang tua hadir dan memberikan dukungan yang bersifat positif kepada anak. Tak perlu bingung, cukup tunjukkan sikap yang lunak dan menenangkan. Orang tua juga bisa mengajak anak berdiskusi dan mengajak anak berpikir mencari jalan keluar dari masalah belajar yang sedang dihadapi.

Buat Jadwal

Orang tua bisa mulai mengajak anak untuk membuat jadwal rutinitas. Misalnya jadwal belajar, bermain, dan istirahat.

Dengan pola habit yang teratur, anak akan dilatih disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab.

Namun bukan berarti anak harus selalu tegang dan tidak bisa berkegiatan secara fleksibel. Orang tua juga perlu memperhatikan jika anak sudah jenuh dengan rutinitas, diperlukan jeda untuk istirahat.

 

Tetap berkomunikasi dengan pihak sekolah

Komunikasikan kesulitan atau masalah yang dialami anak selama sekolah online agar orang tua dapat memperkirakan Tindakan yang membantu anak menyelesaikan masalah belajarnya selama di rumah.

 

Minta Bantuan

Jika anak mengalami kesulitan belajar karena harus belajar sendiri, orang tua perlu membuka mata dan menyadari bahwa anak mengalami kesulitan belajar. Anak butuh bantuan dan bimbingan belajar dari orang tua atau pihak lain yang dapat membantu seperti guru les atau tentor.

Urgensi les privat selama pandemi sangat dibutuhkan sebagai upaya pendampingan belajar yang lebih mudah dan efisien. Orang tua tidak perlu lagi pusing membagi waktu untuk bekerja dan memberikan bimbingan belajar pada anak.

Dengan les privat, kemudahan dan berbagai keuntungan akan didapat orang tua dan anak. Orang tua dapat tetap mengontrol kemajuan anak dalam belajar. Anak juga akan lebih enjoy dan mengerti karena didampingi oleh guru les atau tentor yang ahli.

Guru les privat yang professional dan sudah berpengalaman dapat menyesuaikan diri dengan gaya belajar masing-masing anak. Untuk itu, para orang tua tenang saja. Mereka akan belajar dengan santai namun tetap berprogres dalam berprestasi.

Cukup klik DISINI dan duduk manis. Tentor Bimbel AIO Privat akan datang ke rumah untuk memulai sesi belajar dengan si kecil!

Les Privat Semarang | Mogok Sekolah

0

0 Komentar untuk "Les Privat Semarang | Mogok Sekolah"

Chat with us on WhatsApp